Memahami Cacar Monyet: Asal Usul, Penularan, Gejala dan Pencegahan
Memahami Cacar Monyet: Asal Usul, Penularan, Gejala dan Pencegahan
Belakangan ini, cacar monyet menjadi salah satu penyakit yang semakin mengkhawatirkan masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Penyebaran cacar monyet yang semakin meluas ini memicu kekhawatiran yang signifikan. Untuk membantu Anda memahami lebih dalam mengenai cacar monyet, artikel ini akan membahas berbagai aspek terkait penyakit ini, mulai dari asal usul, gejala, penularan, hingga langkah-langkah pencegahannya.
Asal Usul Cacar Monyet
Cacar monyet adalah penyakit zoonosis langka yang disebabkan oleh virus monkeypox. Virus ini termasuk dalam genus Orthopoxvirus, yang juga mencakup virus cacar sapi, virus variola (penyebab cacar), dan virus vaccinia (digunakan dalam vaksin cacar). Virus cacar monyet pertama kali ditemukan pada tahun 1958 ketika wabah terjadi pada sekelompok monyet yang digunakan untuk penelitian di laboratorium di Denmark. Monyet-moncong yang terinfeksi menjadi sumber penularan yang menginspirasi nama "cacar monyet."
Penyakit ini mulai dikenal lebih luas ketika kasus pertama pada manusia tercatat pada tahun 1970 di Kongo. Pada awalnya, cacar monyet lebih sering ditemukan di negara-negara Afrika Barat dan Afrika Tengah. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, penyakit ini mulai menyebar ke luar Afrika, termasuk ke Eropa, Amerika Utara, dan belakangan ke Indonesia. Perkembangan ini menunjukkan bahwa cacar monyet bukan hanya terbatas pada area endemik aslinya tetapi juga menjadi masalah kesehatan global yang memerlukan perhatian internasional.
Kasus Cacar Monyet di Indonesia
Menurut data Kementerian Kesehatan per 18 November 2023, terdapat 51 kasus cacar monyet yang terkonfirmasi di Indonesia. Kasus tersebut tersebar di beberapa provinsi dengan DKI Jakarta menjadi daerah dengan jumlah kasus terbanyak, yaitu 38 kasus. Provinsi lain yang juga terjangkit adalah Jawa Barat, Banten, Kepulauan Riau, dan Jawa Timur dengan masing-masing jumlah kasus yang lebih sedikit. Dari total kasus, 35 pasien masih dalam masa isolasi, sementara 11 pasien lainnya telah sembuh.
Sebagian besar kasus cacar monyet di Indonesia ditemukan pada pria dan seringkali disertai dengan penyakit penyerta seperti HIV dan sifilis. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok dengan kondisi kesehatan yang sudah terganggu mungkin lebih rentan terhadap infeksi virus cacar monyet.
Gejala Cacar Monyet
Gejala cacar monyet umumnya dapat dibagi menjadi beberapa tahapan. Berdasarkan informasi dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), berikut adalah tahapan gejala cacar monyet:
- Periode Inkubasi Pada periode ini, seseorang yang terinfeksi virus cacar monyet tidak menunjukkan gejala dan merasa baik-baik saja. Periode inkubasi berlangsung antara 1 hingga 2 minggu. Selama periode ini, seseorang tidak menularkan virusnya ke orang lain.
- Periode Prodromal (Gejala Awal) Gejala awal yang muncul bisa termasuk demam, sakit kepala, nyeri tenggorokan, dan batuk. Salah satu ciri khas cacar monyet adalah pembengkakan kelenjar getah bening, atau lymphadenopathy, yang biasanya terjadi di leher, ketiak, atau selangkangan. Pada periode ini, pasien dapat menularkan virusnya kepada orang lain.
- Periode Timbulnya Ruam Pada tahap ini, ruam atau lesi kulit mulai muncul dan berkembang melalui beberapa bentuk, dari papula hingga pustula, kemudian menjadi keropeng. Ruam ini bisa sangat menyebar dan menular hingga semua keropeng hilang dan lapisan kulit baru terbentuk.
Penyebab dan Risiko Penularan Cacar Monyet
Cacar monyet dapat menular dari hewan yang terinfeksi, seperti monyet, tikus, dan tupai, kepada manusia melalui kontak langsung atau konsumsi produk olahan dari hewan yang terinfeksi. Penularan antar manusia juga mungkin terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh atau ruam dari orang yang terinfeksi. Kontak ini umumnya memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga penularan dalam aktivitas sehari-hari relatif lebih lambat dibandingkan dengan beberapa penyakit menular lainnya.
Pencegahan Cacar Monyet
Untuk mencegah infeksi cacar monyet, beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan adalah:
- Mengurangi Kontak Fisik Hindari kontak dengan manusia yang terinfeksi, hewan yang berpotensi terinfeksi, dan material yang mungkin terkontaminasi virus. Jika Anda memiliki kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi, pastikan untuk segera mencuci tangan dan menggunakan alat pelindung diri jika diperlukan.
- Menjaga Kebersihan Selalu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, terutama setelah kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi. Penggunaan hand sanitizer juga bisa menjadi alternatif jika tidak ada akses ke sabun dan air.
- Mengolah Makanan dengan Baik Pastikan daging yang dikonsumsi dimasak dengan baik dan benar untuk membunuh potensi patogen. Hindari mengonsumsi daging mentah atau setengah matang dari hewan yang mungkin terinfeksi.
- Vaksinasi Menurut World Health Organization (WHO), vaksinasi bisa menjadi langkah efektif untuk mencegah infeksi cacar monyet, terutama jika dilakukan dalam 4 hari setelah kontak dengan penderita. Vaksinasi juga bisa diberikan dalam waktu 14 hari setelah kontak untuk meningkatkan perlindungan.
Pengobatan Cacar Monyet
Saat ini, cacar monyet umumnya dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 2-4 minggu tanpa memerlukan pengobatan khusus. Namun, beberapa negara menggunakan obat tecovirimat untuk membantu menghambat perkembangan virus. Pasien yang terinfeksi biasanya akan diisolasi dan disarankan untuk istirahat dan menjaga nutrisi. Pengobatan biasanya fokus pada perawatan gejala dan pencegahan komplikasi.
Stigma dan Penanganannya
Meningkatnya kasus cacar monyet seringkali diiringi dengan stigma, terutama terhadap kelompok tertentu seperti individu dengan HIV. Stigma ini dapat menghambat akses ke perawatan dan meningkatkan risiko penyebaran penyakit. Penting untuk mengedukasi masyarakat dan mengurangi stigma untuk memastikan bahwa semua orang dapat mengakses perawatan yang diperlukan tanpa rasa takut atau malu.
Cacar Monyet dan HIV
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, sebagian besar penderita cacar monyet memiliki penyakit penyerta utamanya adalah HIV, yaitu virus yang membuat sistem imun atau kekebalan manusia menjadi lemah. Selain itu, seluruh pasien yang diketahui adalah laki-laki mengalami proses penularan karena kontak seksual dengan sesamanya. Mereka yang termasuk dalam kedua kategori tersebut termasuk ke dalam kelompok orang dengan risiko tinggi.
Kelompok orang dengan risiko tinggi tersebut sangat dianjurkan untuk melakukan vaksinasi, sayangnya sampai dengan saat ini masih banyak penderita HIV yang cenderung menutup diri karena stigma negatif dari lingkungan masyarakat. Hal inilah yang kemudian akan berdampak terhadap penyebaran cacar monyet. Para penderita HIV yang melakukan vaksinasi akan berpotensi untuk lebih kebal dari cacar monyet. Kondisi ini akan berdampak positif kepada kesehatan pribadinya maupun kesehatan banyak orang.
Menyikapi Stigma yang Berkembang tentang Cacar Monyet
Efek besar stigma sudah bisa kita saksikan sendiri pada bagaimana penderita HIV jadi menutup diri dan enggan mendapatkan perawatan secara khusus. Jangan sampai hal ini kemudian juga terjadi kepada para penderita cacar monyet. Bagaimana pun, akses untuk mendapatkan perawatan kesehatan merupakan hak semua orang terlepas dari orientasi seksual mereka. Semakin kita terbuka dan saling mengingatkan untuk cek kesehatan secara berkala, semakin penyebaran cacar monyet dapat terkontrol dan tertangani dengan baik. Selalu sarankan teman Anda untuk jaga dan cek kesehatan secara rutin!
Kesimpulan
Cacar monyet adalah penyakit zoonosis yang dapat menular dari hewan ke manusia dan antar manusia. Dengan memahami asal usul cacar monyet, gejala, cara penularan, serta langkah-langkah pencegahan, kita dapat lebih waspada dan melindungi diri dari infeksi. Pencegahan yang tepat dan pengobatan yang sesuai adalah kunci untuk mengendalikan penyebaran cacar monyet dan menjaga kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Sumber:
https://www.siloamhospitals.com/en/informasi-siloam/artikel/cacar-monyet